Inter-Relasi:
A. Musik
B. Gamelan
C. Indonesia
D. Identitas
Pokok Pikiran di Paragraf:
1. Fenomena Komunikasi: Musik dan Budaya
2. Musik tradisional asli Indonesia
3. Keragaman alat musik Gamelan
4. Perkembangan Musik Gamelan dalam
konteks komunikasi
5. Persaingan musik Gamelan dan Modern
6. Musik Gamelan diminati asing
7. Musik Gamelan sebagai ajang ekspresi
8. Kolaborasi musik Gamelan di luar
negeri
9. Melestarikan musik Gamelan
10. Gamelan sebagai identitas musik
Indonesia
Gamelan sebagai Identitas Musik Indonesia
Musik
diciptakan dari akal budi manusia sebagai ungkapan hati sekaligus media
ekspresi diri. Masyarakat Indonesia mengenal musik sebelum masuknya zaman Hindu-Buddha,
musik digunakan sebagai media ritual yang dipercaya memiliki kekuatan magis.
Instrumen musiknya menggunakan bahan sederhana dari alam sekitar. Dalam
kesinambungan budaya, musik sebagai sebuah sistem budaya secara turun-temurun
yang diwariskan nenek moyang kepada generasi selanjutnya. Karya musik sebagai
budaya bangsa tidak akan hilang, namun pada saatnya ia tertinggal oleh zaman.
Kemunculan
kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia menorehkan sejarah musik yang mewakili
senii asli Indonesia yaitu musik gamelan. Perkembangan musik gamelan muncul di
pulau Jawa sebagai musik tradisional yang digunakan di istana kerajaan sebagai
sarana upacara adat dan kegiatan sakral. Instrumennya mengalami perkembangan
dari zaman Kerajaan Majapahit hingga bentuk dan bahan yang beragam sampai saat
ini. Gambaran tentang alat musik gamelan pertama ditemukan di Candi Borobudur,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah sejak abad ke-8. Relief tentang alat musik
gamelan menunjukkan asal mula musik gamelan asli Indonesia.
Gamelan
adalah seperangkat alat musik Jawa termasuk Sunda dan Bali yang terdiri dari
saron, demung, bonang, kenong, gong, gambang, rebab, gendang, dan sebagainya.
Jadi, gamelan merupakan salah satu ensambel musik tradisional di Indonesia yang
terdiri dari berbagai jenis alat musik menjadi satu kesatuan musikal. Bahan
utama yang digunakan untuk mebuat gamelan terdiri dari logam (besi, perunggu,
dan kuningan), kayu, dan kulit. Terdapat beberapa istilah dalam gamelan,
seperti nama instrumen atau alat musik, sistem tangga nada, dan cara penyajian
komposisi musik gamelan. Istilah sistem tangga nada disebut dengan laras, diantaranya adalah laras pelog (diatonic) dan laras slendro (pentatonic). Laras pelog memiliki tujuh buah nada (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7) per
oktaf, sedangkan laras slendro
memiliki lima buah nada (1, 2, 3, 5, 6) per oktaf. Sistem tangga nada yang umum
digunakan di Jawa Tengah dan Jawa Barat adalah pentatonic. Cara penyajian komposisi gamelan menggunakan satu laras saja agar memperoleh irama dan
harmoni musik yang sesuai, jika menggunakan dua laras biasanya berpindah dari satu laras slendro ke laras pelog,
dan sebaliknya.
Gamelan
yang berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur berbeda dengan gamelan Bali
ataupun Sunda. Gamelan di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki nada yang lebih
lembut dan tidak memekakkan telinga, sedangkan gamelan Bali terkesan bertempo
cepat dan gerak cepat, begitupun gamelan Sunda yang iramanya mendayu-dayu
didominasi suara seruling. Musik gamelan di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang
lembut itu seperti pengungkapan pandangan
hidup bahwa orang Jawa yang selaras dengan alam, berbudi pekerti luhur,
dan selaras dalam tindakan. Sedangkan, gamelan di Bali dan Sunda biasa
digunakan untuk mengiringi tarian tertentu sesuai dengan tempo dan gerakan yang
sepadan. Pekembangan musik gamelan yang awalnya digunakan sebagai alat untuk
upacara ritual, pengiring tarian dan wayang, hingga menjadi pertunjukan musik
gamelan independen. Musik gamelan di Indonesia sendiri banyak diminati oleh
para seniman senior dan segelintir kaum muda dikarenakan tergesernya musik
gamelan dengan musik modern masa kini. Dilihat dari segi ekonomis, seniman gamelan
diundang untuk hajatan resmi dan pertunjukan tertentu yang mulai jarang
ditemukan sekarang ini.
Memasuki
abad ke-21 musik gamelan mulai kehilangan kharismanya untuk menggaet minat kaum
muda untuk melestarikan seni musik tersebut. Pergeseran nilai-nilai budaya yang
tergantikan oleh teknologi canggih dari barat semakin mendukung tertinggalnya
budaya bermusik gamelan. Contohnya genre K-Pop,
Cover Pops, Hip-hop, dan New Age yang
mulai diminati kaum muda masa kini karena lebih enak untuk dinikmati dan modern.
Ada baiknya, tidak semua kaum muda Indonesia berkiblat pada musik modern barat.
Bagi mereka yang memiliki jiwa kreatif dan menggemari musik, mereka melakukan
akulturasi musik modern dengan cara menduplikasi lagu barat dengan iringan
musik gamelan yang terdengar unik dan tidak kalah bagus untuk dinikmati. Musik
tradisi seperti gamelan dan musik modern seperti dua kutub yang saling mengisi
dan mewarnai satu sama lain. Perpaduan dari keduanya bisa memunculkan warna
baru dalam bermusik dan bonafide bagi semua kalangan.
Musik
gamelan dalam perkembangannya di kancah internasional diperkenalkan oleh
seniman gamelan dan minat warga asing yang ingin mempelajari musik gamelan
sebagai alternatif musik orkestra. Tabuhan dan pukulan yang dihasilkan oleh
instrumen musik gamelan menimbulkan suasana yang indah dan menenangkan, digunakan sebagai sarana
relaksasi. Sebuah sekolah musik di New
Zealand School of Music (NZSM) menjadikan gamelan sebagai kurikulum resmi. Instituto Nacional de Psiquiatria Raamon de
Ia Fuente Meksiko memanfaatkan musik gamelan sebagai rehabilitasi psikologi
bagi penderita skizofrenia. Amerika
Serikatpun ikut andil dalam pelatihan aktif dan menggelar pementasan yang
berbasis di perguruan tinggi, sekitar 400 komunitas tersebar di 45 negara
bagian Amerika Serikat.
Musik
gamelan memiliki keunikan yang beragam dalam perkembangannya sebagai ajang
ekspresi di setiap daerah di Indonesia yang menggunakannya. Musik gamelan
memiliki fungsi penting sebagai sarana upacara adat, hiburan, pendidikan, dan
kesehatan rohaniah. Permainan musik gamelan yang harus dimainkan secara
bersama-sama memiliki arti gotong royong dalam tradisi Jawa, ia harus dimainkan
secara selaras supaya menghasilkan irama yang indah. Sarana pendidikan adalah
salah satu fungsi dari gamelan, sebagai ungkapan untuk mengekspresikan diri
dengan karya dan mempelajari instrumen gamelan yang beragam. Musik gamelan
sebagai sarana terapi bagi manusia dengan gangguan mental atau stress karena
dapat menenangkan pikiran ketika mendengar alunan musiknya.
Kekaguman
warga asing terhadap musik gamelan didukung oleh rasa kebersamaan yang tercipta
antara para pemain gamelan. Jumlah pemain gamelan yang banyak adalah salah satu
alternatif bagi mereka untuk menjadi komunitas yang aktif dan produktif dalam
pagelaran gamelan. Institut Seni Indonesia (ISI) sering melakukan kolaborasi
dan promosi musik gamelan di mancanegara, terutama benua Eropa. Kolaborasi
instrumen musik gamelan dan modern seperti cello,
bas, dan gitar yang menghasilkan warna musik baru yaitu musik kontemporer.
Musik kontemporer adalah sarana revitalisasi bagi musik tradisional dan musik
modern untuk menciptakan gaya bermusik baru. Akulturasi budaya atau musik
bertujuan baik sebagai sarana hiburan dan promosi pariwisata budaya bagi
Indonesia.
Budaya
bermusik gamelan yang mulai ditinggalkan di negara Indonesia perlu adanya
revitalisasi dalam gaya bermusik agar tidak ditinggalkan oleh peminatnya. Pengenalan
musik gamelan sejak dini agar mereka mengenal kebanggan yang mereka miliki dari
tanah airnya sendiri. Sejak dini mereka mengenal musik gamelan, mereka semakin
mencintai budaya sendiri. Kreativitas dalam bermain musik gamelan suapaya tidak
monoton sangat dianjurkan bagi para seniman muda berkarya. Gaya baru dalam
bermusik adalah langkah awal untuk melestarikan musik gamelan, semakin banyak
berlatih dan menciptakan ritme dan tempo yang sesuai maka akan menghasilkan
komposisi bermusik yang indah.
Bangsa
Indonesia harus sadar bahwa mereka memiliki budaya bermusik yang tidak dimiliki
oleh negara lain yakni musik gamelan. Musik gamelan merupakan sebuah kebanggan
sebagai identitas seni musik asli Indonesia. Kebanggaan berbeda dan identitas
sewajarnya harus dirasakan bangsa Indonesia terhadap seni dan budaya bermusik
gamelan. Musik gamelan sebagai identitas tidak lagi dipandang sebagai musik
yang kuno dan primitif. Musik gamelan selayaknya harus dilestarikan dengan
revitalisasi musik yang menghadirkan gaya bermusik baru, namun tidak
meninggalkan ciri khas musik gamelan atau akulturasi musik tradisional dan
modern. Kebanggan memiliki seni musik gamelan sebagai identitas harus ada dalam
diri bangsa Indonesia supaya lebih dikenal dan diterima pecinta musik
mancanegara.
***
Benjamin Brinner, Knowing Music, Making Music: Javanese Gamelan and the
Theory of Competence and Interaction. Chicago (University of Chicago Press)
1995. XXIV + 363 pp. ISBN 0-226-07509-5 and ISBN 0-226-07510-9 pbk.
(bookzz.org)
Hartono. Perkembangan Estetika Musikal Seni Karawitan Jawa dan
Pengaruhnya terhadap Masyarakat Pendukungnya. Jurusan Seni dan Desain Fakultas
Sastra Universitas Negeri Malang, 2012. (jurnal online)
E. Heins, E. den Otter, F. van Lamsweerde, Jaap Kunst, Indonesian music
and dance; Traditional music and its interaction with the West. Amsterdam:
Royal Tropical Institute/Tropenmuseum, University of Amsterdam, Ethno
musicology Centre 'Jaap Kunst', 1994. (bookzz.org)